Interview : Ungkapan Ricky ‘Insanity’ Mengenai Burgerkill, Rekaman di Praha dan Gigs di Belanda
Berkaitan dengan proyek rekaman Burgerkill, Ricky mengungkapkan beberapa perihal dalam wawancara ini lewat sudut pandang pribadinya.
Tahun ini, Burgerkill menjalankan sebuah proyek rekaman prestisius di Praha, yaitu rekaman album orkestra. Ibukota Republik Ceko tersebut, dipilih oleh Burgerkill, karena di sana memilik potensi yang mumpuni dalam mengangani proyek musikal tersebut. Dalam perjalanan ini Burgerkill juga akan tampil di beberapa gigs di Belanda.
Mengenai gigs di Belanda, Burgerkill dibantu oleh Ricky ‘Insanity’. Pria bernama asli Ricky Kansil ini adalah vokalis grup musik Insanity . Ia sempat tergabung dalam arus musik indiependen di Bandung era 90-an dan kini menetap di Belanda. Insanity sendiri merupakan grup musik beraliran grindcore yang tumbuh pada era kejayaannya musik bawahtanah Kota Bandung. Tahun 1993, band ini merekam demo mereka dan dirampungkan oleh salah satu radio yang berperan besar dalam mengenalkan beberapa band indiependen tanah air, GMR Rock Station Bandung. Insanity vakum tahun 1996 dan bangkit secara perlahan pada 2012. Tahun 2017, Ricky menyatakan bahwa Insanity tengah merampungkan materi untuk album terbarunya Broken World, yang rencananya dirilis dalam tiga format fisik, kaset, CD, dan Vinyl.
Kepada DCDC, Ricky mengungkapkan beberapa perihal di antaranya sudut pandang personal tentang Burgerkill, proyek rekaman di Praha, gigs di Belanda, dan lansekap perkembangan ranah musik di Indonesia mau pun di Belanda.
[pagebreak]
Halo kang Ricky, sekarang lagi disibukkan dengan kegiatan apa ?
Saat ini saya sedang disibukkan dengan proyek nasional di Belanda yang sedang saya jalankan selaku perwakilan dari Municipal kota Eindhoven. Saya sendiri bertanggungjawab di bidang Digital Mapping (Object oriented map) untuk kota Eindhoven. Pendek kata, Peta basis yang bisa di pakai untuk berbagai tujuan. Misalnya menentukan beleid dari organisasi berdasarkan data dari peta basis tersebut.
Bagaimana Kabar Insanity ?
Saat ini boleh di bilang sangat baik. Setelah vakum dari tahun 1996 (tahun keberangkatan saya ke Belanda) dan reuni tahun 2012 (Acara Badebah di Dago Thee House Bandung), akhirnya dengan keyakinan yang dalam, terutama Aguy (gitar) dan saya mencoba menggali materi-materi Insanity dari tahun 1993, dapat membuahkan hasil yang cukup baik. Akhir desember 2017 kami selesai merampungkan album yang rencananya akan di rilis akhir april tahun ini. Judul Album ini, Broken World. Tahap saat ini adalah persiapan perilisan album. Rencananya Insanity akan merilis fisik, CD. Kaset dan Vinyl. Semoga Semua berjalan lancar dan dukungan teman-teman tentunya sangat welcome. Semoga hasilnya dapat juga memenuhi harapan kami untuk kegiatan membantu organisasi yang membutuhkan di Indonesia.
Kalau boleh tau seperti apa perkenalan kang Ricky dengan Burgerkill ?
Sebelum saya berangkat Ke Belanda tahun 1996, saya mengenal band Burgerkill sebagai band yang lahir di daerah Ujungberung dan dari pertama sudah terasa aura yang mana saya berpikir, band ini akan terus progresif dan berkembang. Tahun 1998, saya membeli single pertama Burgerkill, Revolt EP rilisan Kaset. Setelah itu saya kadang memantau dari jarak jauh saja. Di album kedua mereka, Berkarat, prognosa saya makin kentara yang mana Burgerkill selalu datang dengan nuansa yang baru dalam bermusik.
Lalu seperti apa ranah metal di Belanda ?
Musik keras di Belanda setahu saya mereka sudah berkecimpung di dunia Internasional sejak dekade tahun 70-an. Sesuai dengan karakter mental Belanda yang terkenal dengan sifat yang membumi, juga sangat terlihat kental di keseharian baik musisi mau pun fans khalayak Belanda. Para fans di sini sangat menerima dengan terbuka semua aliran musik yang diusung oleh musisi. Mereka sangat terkenal dengan pandangan kritis terhadap para musisi yang menawarkan act mereka. Fans disini tidak akan membeli album sebuah band bilamana konsernya tidak mereka anggap worthed untuk memilikinya, ini juga terjadi terhadap band yang sudah mempunyai nama besar dan sangat terkenal. Oleh karena itu gigs di Belanda sangat diminati oleh banyak band-band di dunia. Dianggap sebagai barometer musik menuju kesuksesan walaupun negaranya boleh dibilang sangat kecil. Band-band yang menjadi besar setelah mereka tampil di Belanda misalnya Pink Floyd, The Police, Pearl Jam, Sacred Reich, Napalm Death dan banyak lagi yang saya tidak bisa sebut di sini semua.
Saya tinggal di Eindhoven yang juga dikenal dikhalayak metlaheads sebagai Rock city. Di Eindhoven ini juga ada semacam pendidikan yang mengkhususkan di bidang musik metal. Dynamo Metal Factory lahir oleh inisiatif duo, Thijs Lodewijk dan Ivo Severijns, sebagai pelebaran sayap di bidang pendidikan musik nasional. Pendidikan Metal di Eindhoven ini mempunyai status resmi sebagai pendidikan layaknya di sekolah tinggi lainnya. Dynamo bekerjasama dengan Summa College (sekolah tinggi) yang berada di Eindhoven. Pendidikan berdiploma (setaraf D3) ini dapat di jalankan selama 3 tahun. adapun dosen-dosen yang berkecimpung di Dynamo Metal Factrory ini sudah mengenyam dunia profesionalisme dalam musik metal baik itu sifatnya nasional maupun internasional. Mereka antara lain, Stef Broks (Textures), Ruud Jolie (Within Temptation), Danny Tunker (Aborted) en Johan van Stratum (Stream Of Passion).
[pagebreak]
Mengenai gigs Burgerkill di Belanda, seperti apa agenda yang akan dijalankan ?
Rencananya untuk bulan maret nanti, Burgerkill akan tampi di kota Den Bosch (Belanda selatan), Amsterdam dan Rotterdam. Apabila semua dapat berjalan lancar, kemungkinan akan ada band extreme grindcore yang menemai gig Burgerkill. Sick Stupidity (Rotterdam) dan Pendrak (asal Paris). Semoga mereka bisa bergabung nantinya.
Terakhir kang, bagaiman pandangan kang Ricky mengenai perkembangan ranah musik Indonesia ?
Indonesia amat sangat terkenal dengan kekayaan musik yang beragam. Dan kreatifitas bermusik di Indonesia juga sangat berkualitas tinggi dan di akui di dunia internasional. Untuk itu kita harus berbangga. Untuk kriteria tertentu saat ini agar bisa go international, saya pikir rumusnya sama seperti waktu anda pertama kali mencoba kunci-kunci not di gitar. Jari-jari lecet, sakit dan melepuh tanpa ada hasil suara not yang bagus dan enak di dengar. Tapi ketekunan dan latihan yang "bertalu-talu" akhirnya membuahkan hasil suara not yang enak didengar. Proses not per not ini akhirnya membuahkan sebuah lantunan lagu yang enak didengar. Metamorfosa di atas yang saya paparkan kiranya juga rumus yang sama untuk mencapai sesuatu dalam bermusik. Baik itu ranah nasional mau pun internasional, passion dalam bermusik tetap harus solid. Mengenal lahan yang akan dituju tentunya sesuatu yang sangat penting bila ingin mencapai ranah internasional. Apa yang dunia internasional butuhkan supaya karya anda didengar dan di hargai ? Proses apa yang harus kita lalui untuk mempersiapkan akomodasi dan organisasi yang cocok. Yang juga tidak kalah pentingnya, be your self! Bentuk karakter musik yang anda usung dan ciptakan trademark musikmu sendiri. Contoh misalnya anda mendengar raungan gitar sebuah band, anda kadang sudah bisa menebak "aha ini pasti Metallica!" atau oh iya ini typical musiknya Rolling Stones! Jadi yang terpenting, bentuk karakter band anda sendiri dulu, tentukan dan capai arah musik band mu. Apabila "trade mark"itu sudah terbentuk dan tertata dengan solid, yang lainnya akan lebih mudah mencapainya. Dan dunia lokal mau pun intrenasional akan datang dengan sendirinya ke band anda. Saya banyak mendengar band-band muda di Indonesia yang berkualitas tinggi dan boleh dibilang jelimet. Tapi sayangnya, saya sering merasa mereka terbentuk secara instan. Hasilnya, mereka teknik bermusik sanagat piawai tetapi unsur karakter boleh di bilang masih tipis. Alhasil saya dari jarak jauh memantau banyak band-band di Indonesia yang satu sama lain berwarna musik yang berdekatan dan nyaris sama. Jadi boring dengarnya.
Sudah tidak terhitung saya mengunjungi gigs di Europe. Semua band yang saya lihat selalu mempunyai karakter tertentu. Dan apabila karakter musik sebuah band bisa mencapai para pendengar yang datang, mereka dengan jujur akan mengapresiasi musik si band tersebut dengan membeli CD, merch dan mengikuti kelanjutan band tersebut.
Saya pikir mental pemikiran seperti ini yang perlahan tapi pasti harus dibangun dalam pemikiran band-band dan juga para penikmat musik di Indonesia.
Sumber foto : Facebook Ricky Kansil
Comments (0)