Exclusive Interview : Cerita Burgerkill Tentang Rencana Projek Rekaman Di Praha Dan Tur Eropa 2018
Burgerkill kembali akan menginvasi Eropa pada awal Maret 2018. Disana Burgerkill akan melakukan sesi rekaman dengan orkestra di Praha, ibu kota Republik Ceko, yang akan melibatkan seorang komposer muda bernama Alvin Witarsa, sebagai penata musiknya. Selain itu juga Burgerkill akan melakukan beberapa tur di Jerman dan Belanda.
DCDC berkesempatan mewawancarai mereka, pada sela-sela persiapan mereka rekaman dan tur ke beberapa kota di Eropa. Ditemui di studio musik tempat Burgerkill latihan, mereka menuturkan banyak cerita menarik tentang rencana perjalanannya ke Eropa pada bulan Maret ini. Tentang ide-ide segar mereka dan apa saja visi Burgerkill tahun 2018 ini, simak petikan wawancaranya berikut ini.
Ceritakan proses awal Burgerkill memilih untuk menggarap lagu dengan orkestra, dan Kenapa tertarik untuk merekam lagu dengan format orkestra? Darimana ide awalnya?
Eben : Awalnya dari ide untuk membuat konser musik orkestra sekitar tahun 2013. Terus tertunda karena waktu itu Burgerkill harus tur, dan segala macam lainnya, sehingga rencana itu akhirnya tertunda. Lalu baru ada obrolan lanjutannya sekitar setahun yang lalu, sampai kita kepikiran bagaimana kalau projek orkestra ini kita rekam, terus kita bikin rilisan fisiknya, dan rencananya memang nanti dari format orkestra itu kita bawa ke konser, yang rencananya akan kita buat di bulan April mendatang.
Kenapa tertarik? Salah satunya mungkin karena referensi yang kita dengerin juga. Misalnya dengan band Metallica, yang juga telah eksplor ke ranah musik orkestra. Jadi ada rasa penasaran juga ingin menggarap bagaimana kalau Burgerkill dibuat versi orkestranya.
Lagu apa saja yang digarap menjadi orkestra? Apa alasannya memilih lagu-lagu tersebut?
Vicky : kita masih menyusun sebenarnya. Di list kita rencananya akan ada lima atau enam lagu dari album pertama sampai album ke empat kita. Ingin mencoba dengan lagu-lagu yang telah dipilih jika digabung dengan orkestra akan seperti apa. Soalnya orkestra sendiri kan punya simponi yang lebih indah, dan secara struktur juga tidak biasa, dan akan menarik kalau digabungkan dengan musiknya BK yang bia dibilang lebih tight dan masive.
Proses kurasi lagunya sendiri seperti apa?
Ramdhan : yang pertama, kita ingin ada perwakilan lagu dari tiap album. Diambil satu atau dua lagu yang paling representatif, untuk diolah dan dimainkan dengan format orkestra.
Agung : sebenarnya dulu ada beberapa lagu yang pernah dimainkan dalam format musik orkestra, tapi masih dengan skala kecil, hanya kuartet string section saja. Lalu dipilihlah lagu-lagu yang dulu pernah dimainkan dengan format string section tersebut, karena dari komposisinya juga dirasa lebih fleksibel dan memungkinkan jika dimainkan dalam format orkestra yang akan kita garap bulan Maret nanti, dengan skala yang lebih besar dan fresh.
[pagebreak]
Kenapa memilih Alvin Witarsa sebagai penata musik orkestra di projek ini?
Eben : Sebetulnya ada beberapa nama tadinya. Kita udah diskusi dengan segala macam pertimbangan teknisnya, sampai akhirnya kita memutuskan ajakin Alvin, karena salah satu alasannya, kebetulan dia punya relasi bagus juga sama studio orkestra di Praha. Ya biar lebih mudah saja sebenarnya. Selain itu dia masih muda. Sehingga masih punya sesuatu yang fresh dalam karakter bermain musiknya.
Seperti apa gambaran untuk komposisi musik dari Burgerkill Orkestra ini? Antara Alvin dan Burgerkill sendiri, bagaimana pembagian porsi tugas untuk menggarap musiknya?
Untuk pembagiannya sendiri masih belum ada gambaran pastinya, tapi yang jelas kita ingin tiap lagu dibuat dengan aransemen yang berbeda lah. Sejauh ini kita masih menggarap komposisi string/orkestranya. Inginnya sih balance, jadi bukan hanya orkestra yang nempel di lagu Burgerkill, tapi inginnya lebih blend aja.
Putra : gambarannya mungkin seperti soundtrack film yang di mana di dalamnya pakai timpani, marimba, atau harpa dalam bangunan komposisi musiknya. Tapi gambaran itu coba diaplikasikan pada lagu-lagu Burgerkill. Jadi ngga full band yang full distorsi seperti halnya musik Burgerkill seperti yang kalian kenal, tapi memang ada yang diubah dari segi aransemen lagu Burgerkill itu sendiri.
Apa saja persiapan yang dilakukan Burgerkill? Ada penyesuaian ga dengan pola musik orkestra sendiri?
Agung : Tidak ada persiapan yang macam-macam sih. Mungkin kita hanya lebih intens latihan dan mulai coba isi beberapa ide untuk tambahan aransemen musiknya nanti seperti apa. Kalau untuk penyesuaian juga tidak terlalu gimana-gimana. Malah kayaknya musik klasik/orkestranya itu sendiri yang harus menyesuaikan dengan lagu Burgerkill. (tertawa)
Agung punya latar belakang musik klasik. Sejauh mana peran Agung untuk projek kolaborasi ini? dan untuk personil lain yang bisa dibilang tidak punya latar belakang musik klasik, seperti apa penyesuaiannya?
Agung : Karena kita sendiri belum bertemu dengan Alvin, masing-masing dari kita membayangkan sendiri-sendiri dulu. Jadi nanti kalau sudah ketemu, Alvin bawa materi seperti apa, kita juga bawa materi seperti apa. Jadi nanti pas disatuin di studio, tinggal ngeluarin apa yang udah dipikirkan sebelumnya. Sebeneranya semuanya sama, tiap personil masing-masing ngedengerin, sambil ngebayangin juga ini nanti musiknya bagusnya dikasih tambahan apa atau dibuat seperti apa.
[pagebreak]
Kenapa memilih Praha sebagai tempat untuk rekaman projek ini? apa yang menarik dari Praha menurut pandangan Burgerkill?
Eben : Salah satu pertimbangannya karena Praha kan dikenal akan sejarah musik orkestranya. Bisa dibilang kotanya musik orkestra lah. Sarana, dan Sumber Daya Manusia nya juga semuanya sudah menunjang. Dan kebetulan Burgerkill ada beberapa gigs di Eropa. Jadi setelah recording orkestra di Praha, kita langsung ke Jerman dan Belanda. Sekalian jalan lah, dan mau syuting video klip juga disana. Selain itu ingin cari pengalaman baru juga. Mungkin kalau di Praha bisa dapat ide-ide baru lagi untuk Burgerkill kedepannya.
Praha dikenal dengan sejarah musik orkestranya yang terbilang lebih “hardcore” jika dibanding dengan negara lain di dunia untuk urusan musik klasik/orkestra. Apakah unsur itu akan dimasukan juga pada komposisi musik Burgerkill nantinya?
Eben : Ya, will see. Sejauh ini kita masih nyusun komposisi musiknya. Nanti lihat kebutuhan lagunya juga. Kalau memang bisa di insert, kita ingin colournya tidak seperti orkestra pada umumnya, dan harus ada yang berbeda. Namun untuk lebih pastinya sepertinya memang harus langsung kesana, dan lihat langsung disana seperti apa. Siapa tahu ada ide-ide dadakan disana.
Ketika Burgerkill menggarap musik dalam bentuk orkestra, setidaknya Burgerkill akan menyentuh dua pasar: pasar musik metal dan pasar musik klasik. Apakah Burgerkill memang menyasar pasar yang baru atau ada tujuan lain?
Eben : Salah satunya kita ingin memberi sesuatu yang baru, terus memang kita senang eksplorasi saja pada dasarnya. Dari album Berkarat juga kita sudah berani lintas genre, yang waktu itu pernah berkolaborasi dengan Fadly Padi contohnya. Kayaknya ga ada salahnya juga kita memasukan unsur orkestra atau musik klasik ke musiknya Burgerkill. Harapannya sih jadi sesuatu yang bisa dinikmati dengan cara yang berbeda.
Apa output yang akan digarap setelah lagu dari Burgerkill digubah menjadi orkestra?
Eben : Rencananya kita akan rilis terpisah. Jadi tidak akan dimasukan ke dalam album baru Burgerkill yang sedang kita garap. Hasil rekaman dengan orkestra tersebut akan kita rilis dalam format piringan hitam, lalu proses perjalanannya sama nanti proses konsernya mau kita buat photo book, sama video dokumenter juga. Jadi akan ada beberapa produk dari projek orkestra ini.
Bersambung
Sumber foto : official instagram Burgerkill @burgerkillofficial
Comments (0)