Mengasah Kepekaan Sosial Lewat Lagu
Sebuah lagu tidak hanya sebatas hiburan semata, tetapi juga dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat merangsang pemikiran dan meresapi perasaan pendengarnya
Sebuah lagu bisa bercerita tentang apa saja. Bisa dari hasil refleksi perasaan personal, namun bisa juga dari hasil pengamatan dari luar yang kita tuangkan dalam bentuk karya seni. Lagu-lagu cinta atau yang berhubungan dengan hal-hal personal biasanya disajikan dengan pilihan nada melankolis yang kemudian menguatkan isian liriknya itu sendiri. Sedangkan lagu yang didasari dari hasil pengamatan dari luar (biasanya tentang sosial) biasanya dituangkan dengan pembawaan emosi yang berbeda, hingga tidak jarang pada outputnya disajikan dalam ekspresi kemarahan, seperti yang banyak tersaji di lagu-lagu ‘cadas’. Ada luapan kemarahan dan bentuk protes yang dituangkan dalam sebuah karya musik.
Mencoba menjadi perpanjangan tangan dari hasil pengamatan sosial yang saya (dan band saya, Pourriture) lihat, kami kemudian menuangkannya dalam sebuah lagu berjudul "Lanskap Peperangan Kelas". Lagu ini bisa dibilang menghadirkan perjalanan emosional yang meresap ke dalam ruang hati dan pikiran para pendengar. Melalui tema yang menyentuh soal kelas buruh, kami juga kemudian menuangkannya dalam format video musik. Hal ini kami harapkan bisa jadi sebuah karya seni yang yang menggambarkan perjuangan para pekerja menghadapi tekanan tak berkesudahan dari pemilik perusahaan yang seringkali melupakan hak dan martabat mereka.
Video musik ini kami buat bukan hanya sekadar visual pendamping lagu, melainkan sebuah narasi penuh makna, di mana dalam setiap adegan tergambar rasa putus asa yang diikuti oleh keinginan imajiner untuk mengakhiri penindasan ini. Isian lirik dan penerjemahan visual yang kami anggap mewakili pesan yang ingin kami sampaikan ini kemudian dikuatkan pula oleh isian musik yang menyusup ke dalam kerumitan realitas kelas buruh. Terinspirasi oleh kehidupan sehari-hari, harmoni yang dibangun dalam lagu ini membangun panggung untuk perasaan kesedihan, kemarahan, dan mungkin ‘dendam’ yang berkobar di hati para pekerja. Setiap nada memetakan perjalanan emosional yang melibatkan para pendengar, menggugah dan menyentak jiwa mereka.
Bisa dibilang dalam penulisan liriknya kami buat sebagai sebuah kekuatan yang mendorong para pekerja untuk melakukan perubahan dalam hidupnya. ‘Dendam’ mungkin bisa dibilang menjadi satu kata yang kami garis bawahi sebagai benang merah di lagu ini, di mana dendam bukan sekadar emosi negatif, tetapi menjadi api yang membakar semangat untuk menyelesaikan segala ketidakadilan. Kesedihan dan kemarahan menjadi katalisator, mengarahkan perlawanan dan menandai awal dari revolusi batin para pekerja. Lagu ini memberikan bocoran akan album kedua yang sedang digarap dan akan dirilis oleh Brutalmind Record.
Dengan segala kerendahan hati, lewat lagu ini Pourriture menyajikan karya ini sebagai sebuah seni kontemporer yang membangkitkan kesadaran dan kepekaan sosial. Dalam setiap dentingan notasi, terdapat seruan untuk merenung, bersatu, dan bertindak. Seni ini bukan hanya untuk dinikmati, tetapi juga sebagai panggilan kepada para pendengar untuk turut serta dalam perjuangan menuju perubahan positif.
Dengan menggabungkan harmoni musik dan konflik sosial, karya ini kami harapkan bisa mengajak pendengar untuk meresapi perasaan dan pengalaman kolektif kelas buruh. Kesedihan dan kemarahan yang terpancar dalam lirik dan melodi tidak hanya merangsang emosi tetapi juga mengajak kita untuk memahami bahwa perubahan memerlukan kolaborasi, solidaritas, dan tindakan bersama.
Dengan visi yang mendalam dan suara yang menggugah, "Lanskap Peperangan Kelas" adalah sebuah perjalanan menuju kemanusiaan yang lebih baik. Setiap catatan, setiap kata, dan setiap adegan dalam video musik yang kami sajikan menggambarkan semangat perlawanan dan keinginan untuk membangun masyarakat yang lebih adil. Album kedua yang akan datang menjadi penanda perjalanan seni yang menginspirasi dan memberdayakan kelas buruh dalam perjuangan mereka, menghadirkan sinergi yang harmonis antara musik dan pesan perubahan.
Saya percaya bahwa sebuah lagu tidak hanya sebatas hiburan semata, tetapi juga dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat merangsang pemikiran dan meresapi perasaan pendengarnya. Musik sebagai seni telah ada sejak zaman dahulu, dan seiring waktu, peran musik semakin berkembang. Awalnya, musik mungkin hanya dianggap sebagai bentuk hiburan dan cara untuk menyatukan komunitas. Namun, seiring perkembangan budaya dan masyarakat, seni musik telah berkembang menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan gagasan, nilai, dan pesan-pesan sosial.
Sejarah musik telah mencatat berbagai contoh lagu yang menjadi simbol perlawanan, semangat perubahan, atau panggilan untuk keadilan. Misalnya, lagu-lagu protestasi dari era gerakan hak sipil di Amerika Serikat, seperti "Blowin' in the Wind" oleh Bob Dylan, tidak hanya menjadi sumber inspirasi bagi gerakan tersebut tetapi juga membuka mata banyak orang terhadap ketidaksetaraan yang ada.
Dalam konteks global, musik juga telah memainkan peran penting dalam mengangkat isu-isu global seperti perubahan iklim, perdamaian dunia, dan hak asasi manusia. Ketika musisi menggunakan keahlian mereka untuk menciptakan lagu-lagu dengan pesan positif, mereka memanfaatkan platform mereka untuk merangsang perubahan sosial. Musik bukan hanya menjadi sarana untuk melarikan diri dari realitas sejenak, tetapi juga menjadi panggung untuk menginspirasi, memotivasi, dan memberikan suara kepada mereka yang mungkin tidak dapat mengungkapkan diri mereka dengan kata-kata. Secara keseluruhan, kita perlu menghargai potensi musik sebagai medium penyampaian pesan yang kuat. Sebuah lagu tidak hanya membangkitkan emosi, tetapi juga dapat merangsang refleksi dan tindakan.
Comments (0)