Jurnal Perjalanan: 1 Agustus 2017, Beside Memijakkan Kaki di Tanah Tujuan Metalheads Dunia
Waktu menunjukkan sekitar pukul enam pagi ketika Beside dan tim WMBI 2017 mulai bersiap-siap menuju boarding gate. Masih terlalu pagi, kami memutuskan untuk sarapan tepat di seberang gate agar kami tidak terlewat waktu yang telah ditetapkan untuk boarding. Setelah menunggu sekitar satu jam setengah, akhirnya kami dipersilahkan masuk dan melewati petugas imigrasi terlebih dahulu. Setelah melewati semua prosedur, kami terbang sekitar pukul sembilan pagi waktu Dubai menuju Hamburg.
Foto: Satria N. B.
Perjalanan ini memakan waktu lebih kurang enam jam empat puluh lima menit. Sepuluh warga Indonesia yang sedang mengadu nasib ini menjelajahi setengah dari belahan bumi untuk dapat mendarat di tempat tujuan, yaitu Hamburg. Sekitar pukul dua siang waktu Jerman, akhirnya kami benar-benar menginjak tanah Eropa. Percaya tidak percaya, pencapaian ini sungguh membuat kami terbelalak dan sempat diam termangu.
“...Akhirnya mimpi kita semua jadi kenyataan”
Kami bergegas menuruni pesawat dan mengikuti prosedur untuk dapat memasuki area bandara. Ada kejadian yang cukup menarik ketika petugas imigrasi memeriksa paspor kami. Ketika saya dipanggil, petugas tersebut sudah tersenyum dan bicara memakai Bahasa Jerman dengan kawan di sebelahnya. Percakapan kami kurang lebih seperti ini:
Petugas Imigrasi: “Apa tujuan kamu datang jauh-jauh dari Indonesia ke Jerman?”
Karina: “Kami akan menuju Wacken untuk hadir di Wacken Open Air Festival.”
Petugas Imigrasi: (tertawa) “Sudah saya duga. Kalian orang ke sekian ratus yang datang untuk pergi ke Wacken. Apakah ini pertama kali kalian datang kesini?”
Karina: “Ya, untuk kebanyakan dari kami. Bukan untuk liburan, kami berangkat bersama satu band yang juga akan tampil di Wacken Open Air.”
Petugas Imigrasi: (sembari memberi cap di paspor) “Wow! Semoga beruntung untuk kalian!”
Melalui percakapan tersebut, saya dapat menerka bahwa festival ini memang seringkali menjadi isu hangat di awal Bulan Agustus. Awalnya, saya kira kami akan mendapatkan sedikit “kesulitan”, mengingat kami sempat mendengar rumor tentang beberapa kejadian yang menimpa warga Asia ketika berada di Eropa. Ternyata, jauh dari perkiraan. Mereka sangat terbuka, dan mereka terlihat sangat tertarik ketika kami akan menjadi bagian dari gerombolan metalheads yang akan bersenang-senang di Jerman Utara.
Setelah seluruh tim melewati pemeriksaan paspor, kami menuju conveyor untuk mengambil barang-barang yang kami taruh di bagasi. Lagi-lagi, pemandangan menakjubkan kami temui. Banyak sekali orang-orang yang menggunakan baju Wacken Open Air atau band-band metal yang lalu lalang di sekitaran bandara. Kami saling lihat, tersenyum, dan saling menyapa. Rasanya seperti bertemu kawan-kawan lama yang dipertemukan di titik tempat kami memiliki ketertarikan yang sama.
Di titik ini pulalah kami disambut oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang ada di Hamburg. Beberapa perwakilan dari KJRI, yaitu Pak Sasongko, Pak Roy Martin Hasudungan, Pak Pak Junaedi, dan dua drivers yang direkomendasikan oleh KJRI untuk membantu kami dalam urusan transportasi, yaitu Pak Boy dan Pak Yan sudah hadir di bandara. Kami banyak berkoordinasi dengan KJRI sebelum keberangkatan. Hal ini sesuai dengan saran dari John Resborn yang sempat menjadi tur manajer Burgerkill pada tahun 2015 silam, ketika menjadi bintang tamu di Wacken Open Air. Saat itu, Burgerkill dibantu oleh Kedutaan Besar Indonesia di Jerman, dan segala hal yang berhubungan dengan akomodasi difasilitasi dengan baik. John Resborn mengingatkan kami untuk meminta bantuan dan kerjasama demi kenyamanan dan kelancaran kami selama berada di Jerman.
Setelah seluruh barang kami terkumpul, kami diarahkan ke luar bandara untuk segera berangkat ke Hamburg Hauptbahnhof, stasiun yang berada di tengah kota Hamburg. Stasiun tersebut adalah stasiun lintas negara, dan John Resborn yang datang dari Swedia menggunakan kereta untuk berangkat ke Hamburg dan ia sudah tiba di stasiun sentral tersebut. Kami akan menjemput John Resborn yang sudah ditemani oleh salah satu tim kami yang sudah lebih dahulu tiba, yaitu Kimo.
Foto: Karina Supriaman
Menuju perjalanan ke luar bandara, kami kembali dikejutkan dengan pemandangan lainnya. Sign system yang menampilkan tentang Wacken Open Air tersebar dimana-mana. Yang lebih menakjubkannya lagi, plasma besar yang ada di bandara pun memasang teaser Wacken Open Air. Darisitu, saya menyimpulkan bahwa festival ini memang sudah menjadi magnet besar, bahkan untuk negaranya. Setiap tahunnya, puluhan ribu metalheads dari seluruh dunia hadir dan hal tersebut tentu memberi dampak positif. Wacken Open Air memang sudah menjadi komoditas yang penting untuk terus dilestarikan, dan negara—atau setidaknya pemerintahan Kota Hamburg—sudah mendukung penuh aktivitas yang diselenggarakan oleh Wacken Foundation tersebut.
Foto: Satria N. B.
Dua buah mobil van Mercedes Benz sudah menunggu kami di pelataran parkir. Kami cukup kaget ketika melihat betapa kami difasilitasi dengan sangat baik. Adalah hal yang penting dan luar biasa untuk kami berada di Jerman, dan ketika sambutan yang kami dapatkan sangat baik, kami merasa semua ini di luar ekspektasi. Lelah kami rasanya terbayar ketika banyak sekali kemudahan yang menghampiri kami, seolah semesta memang mendukung perjalanan kami.
Foto: Karina Supriaman
Kami memasuki kedua mobil tersebut dan bergegas menuju stasiun. Jarak dari bandara menuju stasiun ada di sekitaran 10 km, atau memakan waktu lebih kurang selama 30 menit. Sepanjang perjalanan, mata kami beberapa kali menangkap mobil-mobil dengan sticker buatan tangan membentuk tulisan "WOA" di kaca belakang. Hype Wacken Open Air semakin kentara terasa di setiap tempat yang kami lewati. Akhirnya, kami tiba di Hamburg Hauptbahnhof yang berada di Hachmannplatz 16. Tak butuh waktu lama untuk kami akhirnya menjumpai sisa tim yang terpisah selama dua hari perjalanan. John Resborn dan Kimo akhirnya bergabung dengan kami dan tim kami akhirnya lengkap.
Foto: Karina Supriaman
Tak langsung berangkat ke destinasi berikutnya, kami memutuskan untuk berbincang-bincang terlebih dahulu, sembari melihat ke sekililing. Pemandangan yang kami temui di bandara kembali ditemukan di stasiun. Metalheads berkeliaran dimana-mana, dan kami dikejutkan dengan adanya seseorang berkepala botak berteriak “INDONESIA!” sembari mengangkat the horns hand ketika berjalan melewati kami. Seperti hal yang sepele, tetapi hal tersebut memberi energi yang sangat besar untuk kami. Rasanya kami seperti diterima dan aura positif tersebut membuat semangat kami semakin membuncah-buncah. Kami pun melihat satu mobil shuttle khusus untuk menjemput artis yang menjadi line-up di Wacken Open Air datang dan menunggu ketibaan sang artis.
Foto: Karina Supriaman
Menurut informasi yang sempat didapatkan melalui Eben (Burgerkill), bintang tamu yang tampil di Wacken Open Air memang mendapatkan perlakuan khusus. Mereka dijemput di titik ketibaan dengan mobil khusus yang sudah ditempeli branding Wacken Open Air. Karena kami hadir sebagai salah satu kandidat dari Metal Battle Candidates, perlakuan kami sedikit berbeda. Tetapi, kami tetap akan mendapatkan akses V.I.P, yang hal tersebut akan diurusi oleh tur manajer kami, John Resborn.
Akhirnya, kami menuju destinasi selanjutnya. Kami dijamu oleh pihak KJRI untuk menikmati makan siang di Jawa Restaurant, yang berlokasi di Wendenstraße 29. Jarak dari stasiun ke rumah makan tersebut tidak terlalu jauh. Sekitar 10 menit, kami sudah tiba disana, dan kami kembali disambut oleh perwakilan KJRI lainnya. Ibu Konjen Sylvia Arifin, sang suami Awan Mulyawan, dan beberapa rekan lainnya langsung menyambut kami dengan ramah dan mempersilahkan kami untuk menempati tempat yang sudah mereka pesan.
Kami cukup senang menemukan makanan Indonesia disini. Bagaimana tidak, kebiasaan mengkonsumsi nasi dan makanan-makanan Indonesia masih melekat di kebiasaan kami, meski memang beberapa dari kami sudah sampai mencoba diet nasi agar perut kami tidak terlalu “kaget” ketika harus kehilangan makanan pokok itu selama seminggu. Makanan yang sangat banyak dan nikmat telah tersaji di hadapan kami. Tetapi, sebelum kami mulai makan siang hari itu, kami membuka pertemuan tersebut secara resmi dengan sambutan dari Ibu Konjen Sylvia Arifin yang lalu disambut oleh Man Jasad.
Ibu Konjen Sylvia Arifin mengucapkan selamat datang kepada Beside dan Tim WMBI 2017. Beliau menyatakan bahwa KJRI selalu terbuka dan senang ketika rekan-rekan dari Indonesia datang ke Jerman, khususnya Hamburg, terutama untuk membawa nama baik Indonesia di acara-acara tertentu. Ibu Konjen menjelaskan bahwa KJRI akan selalu siap membantu dan menunggu band-band lain dari Indonesia untuk datang dan tampil di Jerman. Beliau merasa bangga dan siap mendukung pergerakan musik Indonesia. Selain itu, beliau pun menggarisbawahi bahwa Presiden Jokowi adalah seorang metalhead, dan Pak Presiden pasti turut bangga ketika mendengar ada salah satu band metal dari Indonesia yang mendunia. Ibu Konjen menyatakan akan mengirim laporan ke Presiden Jokowi dan Kementerian Luar Negeri di Indonesia, dengan harapan dukungan yang diberikan akan semakin luar biasa.
Foto: Karina Supriaman
Selanjutnya, Man Jasad menjadi perwakilan dari Tim Indonesia untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan bantuan yang sangat besar dari pihak KJRI Hamburg. Kami merasa sangat terbantu dengan semua hal yang dilakukan oleh KJRI. Selanjutnya, Man Jasad menyerahkan satu map berisi surat pengantar dari Walikota Bandung, yaitu Ridwan Kamil, dan oleh-oleh dari Wacken Metal Battle Indonesia 2017 berupa dua paket merchandise limited untuk pihak KJRI.
Akhirnya, kami mulai makan siang hari itu, disisipi obrolan-obrolan santai dan candaan hangat. Pihak KJRI merasa penasaran tentang perkembangan musik di Indonesia, khususnya di ranah musik bawah tanah. Masing-masing dari kami menjelaskan seberapa masif perkembangan tersebut dan mereka merasa yakin bahwa Indonesia memiliki potensi untuk terus maju dan berkembang. Akhirnya, pertemuan kami siang itu ditutup dengan sesi foto bersama, dan kami diantarkan ke apartemen yang direkomendasikan oleh pihak KJRI. Pak Sasongko, Pak Roy Martin Hasudungan, dan Pak Junaedi kembali mendampingi kami.
Foto: Kimo Sakajepret
BACA JUGA - Jurnal Perjalanan: 31 Juli 2017, Keberangkatan Beside Menuju Jerman
Comments (0)